admin

Seperti Apa Parasit Disentri Tertua Yang Ditemukan Di Yerusalem?

Analisis kotoran manusia berusia 2.500 tahun yang ditemukan di toilet di Yerusalem mengungkapkan hal yang menarik. Para ahli menemukan parasit disentri tertua di kotoran tersebut.

Analisis kotoran manusia berusia 2.500 tahun yang ditemukan di toilet di Yerusalem mengungkapkan hal yang menarik.

Para ahli menemukan parasit disentri tertua di kotoran tersebut. Parasit mikroskopis ini, yaitu Giardia duodenalis dapat menyebabkan disentri, infeksi usus yang menyebabkan diare berdarah parah dan sering disertai kram perut dan demam.

Studi baru yang dipublikasikan di jurnal Parasitology, berhasil menunjukkan bukti tertua protozoa ini pada kotoran manusia berusia 2.500 tahun yang lalu.

Temuan parasit disentri tertua

Dikutip dariLive Science, Rabu (23/8/2023) peneliti menemukan bukti G. duodenalis di bawah dudukan toilet batu di dua situs besar yang kemungkinan merupakan tempat tinggal elit yang berasal dari abad ketujuh hingga keenam SM.

Balok-balok batu tersebut memiliki permukaan melengkung untuk duduk, lubang tengah yang besar untuk buang air besar, dan lubang yang lebih kecil untuk tempat buang air kecil, dan terletak di atas lubang pembuangan.

Karena toilet kuno tersebut masih berada di lokasi aslinya, muncul peluang unik bagi para spesialis untuk mengidentifikasi mikroorganisme di dalam kotoran lama.

Penelitian sebelumnya mengenai saluran pembuangan limbah telah mengungkap telur-telur dari cacing cambuk, cacing gelang, cacing kremi, dan cacing pita, yang menunjukkan bahwa praktik sanitasi Zaman Besi masih kurang.

Dalam studi ini peneliti mengidentifikasi keberadaan parasit penyebab diare menggunakan teknik yang disebut ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay), yang dapat mendeteksi antigen-zat yang memicu respons kekebalan manusia- yang dibuat oleh beberapa organisme berbeda.

Para peneliti mengambil satu sampel dari lubang pembuangan di House of Ahiel, yang terletak tepat di luar tembok kota Yerusalem, dan tiga sampel dari lubang pembuangan di Armon ha-Natziv, yang terletak sekitar 1,6 Km selatan kota.

Dengan menggunakan peralatan ELISA, mereka mendeteksi antigen unik dalam sampel tinja: protein dinding kista yang diproduksi dan dilepaskan oleh G. duodenalis.

G. duodenalis adalah parasit kecil berbentuk buah pir yang menyebar melalui makanan atau air yang terkontaminasi kotoran orang atau hewan yang terinfeksi.

Organisme ini mengganggu lapisan pelindung usus manusia, sehingga memakan nutrisi yang ada di sana.

Kebanyakan orang yang terinfeksi G. duodenalis sembuh dengan cepat tanpa antibiotik. Namun, karena parasit menembus lapisan usus, bakteri dan organisme lain juga dapat masuk, berpotensi membuat seseorang sakit parah.

“Kami tidak dapat mengetahui jumlah orang yang terinfeksi berdasarkan sampel sedimen dari toilet umum,” kata pemimpin penulis studi Piers Mitchell, yang memiliki spesialisasi dalam penelitian paleo-parasit di Universitas Cambridge.

“Ada kemungkinan toilet tersebut digunakan oleh keluarga dan staf, tapi itu hanya kemungkinan, karena tidak ada catatan yang menggambarkan etika sosial semacam itu,” paparnya lagi.

Arti penting temuan

Penemuan G. duodenalis di toilet Zaman Besi mewakili bukti paling awal di dunia dari keberadaan parasit tersebut di populasi masa lalu.

Tidak diketahui persis berapa lama G. duodenalis telah menyebabkan disentri pada manusia, tetapi teks medis dari Mesopotamia, salah satu masyarakat kompleks paling awal menyebut masalah diare sudah ada sekitar 3000 hingga 4000 tahun yang lalu.

Selain itu, penyakit biasa terjadi di lingkungan dengan kepadatan penduduk dan sanitasi yang buruk.

Namun wabah disentri mungkin umum terjadi di Timur Dekat setelah pemukiman permanen dan domestikasi hewan dan tumbuhan terjadi.

“Lebih banyak penelitian pada masyarakat awal untuk memahami sepenuhnya dari wilayah mana parasit berasal dan kapan mereka menyebar ke wilayah baru,” tulis peneliti menyimpulkan dalam studinya.

Related Post